Pengertian Kesehatan Mental
Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa:
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada
dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan
ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri
secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan
suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain.
Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta
bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan
akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi,
penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini,
individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai
integrasi tingkah laku.
Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya adalah terwujudnya
keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya kemampuan untuk
menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan dan
kepuasan dalam dirinya. Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat,
bila ia terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang
dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya.
Golongan yang kurang sehat mentalnya
Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa terganggu
ketentraman hatinya. Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan
karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup,
sehingga muncul konflik mental pada dirinya . Gejala-gejala umum yang
kurang sehat mentalnya, yakni dapat dilihat dalam beberapa segi, antara
lain:
Perasaan
Orang yang kurang sehat mentalnya akan selalu merasa gelisah karena kurang mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.
Pikiran
Orang yang kurang sehat mentalnya akan mempengaruhi pikirannya, sehingga
ia merasa kurang mampu melanjutkan sesutu yang telah direncanakan
sebelumnya, seperti tidak dapat berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu
pekerjan, pemalas, pelupa, apatis dan sebgainya.
Kelakuan
Pada umumnya orang yang kurang sehat mentalnya akan tampak pada
kelakuan-kelakuannya yang tidak baik, seperti keras kepala, suka
berdusta, mencuri, menyeleweng, menyiksa orang lain, dan segala yang
bersifat negatif.
Dari penjelasan tersebut di atas, maka dalam hal ini tentunya pembinaan
yang dimaksud adalah pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Pembinaan
mental secara efektif dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan
sasaran yang akan dibina. Pembinaan yang dilakukan meliputi pembinaan
moral, pembentukan sikap dan mental yang pada umumnya dilakukan sejak
anak masih kecil. Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk
membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi
pekerti yang luhur dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar
dari sifat tercela sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya
kenakalan remaja.
Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi
melalui pengalaman sejak kecil. Agar anak mempunyai kepribadian yang
kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji, semuanya
dapat diusahakan melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang
diterimanya dan akan ikut menentukan pembinaan pribadinya. Pembinaan
mental/jiwa merupakan tumpuan perhatian pertama dalam misi Islam. Untuk
menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam telah mengajarkan bahwa
pembinaan jiwa harus lebih diutamakan daripada pembinaan fisik atau
pembinaan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa yang baik inilah akan
lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada gilirannya akan
menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia
lahir dan batin .
Istilah “KESEHATAN MENTAL” di ambil dari konsep mental hygiene. Kata
mental di ambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche
dalam bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah
mental hygiene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau jiwa yang
dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan.
(Notosoedirjo & Latipun,2001:21).
Zakiah Daradjat(1985:10-14) mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian :
1. Terhindarnya orang dari gejala – gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala – gejala penyakit jiwa(psychose).
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal
mungkin, sehingga membawa kepada kebahagian diri dan orang lain; serta
terhindar dari gangguan – gangguan dan penyakit jiwa.
4. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh – sungguh antara fungsi –
fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem –
problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan
kemampuan dirinya.
Zakiah Daradjat
1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psichose). Definisi ini
banyak dianut di kalangan psikiatri (kedokteran jiwa) yang memandang
manusia dari sudut sehat atau sakitnya.
2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan tempat
ia hidup. Definisi ini tampaknya lebih luas dan lebih umum daripada
definisi yang pertama, karena dihubungkan dengan kehidupan sosial
secara menyeluruh. Kemampuan menyesuaikan diri diharapkan akan
menimbulkan ketenteraman dan kebahagiaan hidup.
3. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguhsungguh
antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problema-problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari
kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). Definisi ini menunjukkan
bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan
keyakinan harus saling menunjang dan bekerja sama sehingga
menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat raguragu
dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
4. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang
ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri
dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
5. Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguhsungguh
antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian
diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Dalam buku lainnya yang berjudul Islam dan Kesehatan Mental,
Zakiah Daradjat mengemukakan, kesehatan mental adalah terhindar seseorang
dari gangguan dan penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup
menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan biasa, adanya
keserasian fungsi-fungsi jiwa (tidak ada konflik) dan merasa bahwa dirinya
berharga, berguna dan bahagia, serta dapat menggunakan potensi yang ada
padanya seoptimal mungkin.
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab
terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan
diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan
lingkungannya. (Noto Soedirdjo, 1980) menyatakan bahwa ciri-ciri orang
yang memilki kesehatan mental adalah Memilki kemampuan diri untuk
bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan
menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang
terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan
budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima
oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda .
Pada abad 17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya diidentifikasi
dengan medis, namun pada perkembangannya pada abad 19 para ahli
kedokteran menyadari bahwa adanya hubungan antara penyakit dengan
kondisi dan psikis manusia. Hubungan timbal balik ini menyebabkan
manusia menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental
dan sebaliknya gangguan mental dapat pesatnya namun apabila ditinjau
lebih mendalam teori-teori yang berkembang tentang kesehatan mental
masih bersifat sekuler, pusat perhatian dan kajian dari kesehatan mental
tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi yang sehat dalam menghadapi
masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep sekarang
ini dan disini, tanpa memikirkan adanya hubungan antara masa lalu, masa
kini dan masa yang akan datang.
Hal ini jauh berbeda dengan konsep kesehatan berlandaskan agama yang
memiliki konsep jangka panjang dan tidak hanya berorientasi pada masa
kini sekarang serta disini, agama dapat memberi dampak yang cukup
berarti dalam Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan
bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas
segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan
mengendalikan dirinya Solusi terbaik untuk dapat mengatasi
masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat
ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya
sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan
mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi
maupun kecerdasan intelektual.
Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup adalah
proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang
tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal dalam menjalani
kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat,
saling membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi, hal ini
sesuai dengan konsep sosiologi modern yaitu manusia sebagai makhluk Zoon
Politicon .
C.Gangguan Mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau
perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat,
perilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan.
Stress, depresi dan alkoholik tergolong sebagai gangguan mental karena
adanya penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa gangguan mental
memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan berpengaruhnya
pada ketidak wajaran Adapun gangguan mental yang dijelaskan.
Konsep Sehat
Sehat dan sakit adalah keadaan biopsikososial yang menyatu dengan
kehidupan manusia. Pengenalan manusia terhadap kedua konsep ini
kemungkinan bersamaan dengan pengenalannya terhadap kondisi dirinya.
Keadaan sehat dan sakit tersebut terus terjadi, dan manusia akan
memerankan sebagai orang yang sehat atau sakit.
Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari, terjadi
sepanjang sejarah manusia, dan dikenal di semua kebudayaan. Meskipun
demikian untuk menentukan batasan-batasan secara eksak tidaklah mudah.
Kesamaan atau kesepakatan pemahaman tentang sehat dan sakit secara
universal adalah sangat sulit dicapai.
Pengertian
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat
kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki
keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian
masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah otrang yang
sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga
mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health
Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu
“keadaan yang sempurnan baik fisik[2], mental maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat
bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak
berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya
dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan
ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial. Kalau demikian
adanya, apakah ada seseorang yang berada dalam kondisi sempurna secara
biopsikososial? Untuk mendpat orang yang berada dalam kondisi kesehatan
yang sempurna itu sulit sekali, namun yang mendekati pada kondisi ideal
tersebut ada.[3]
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam perkembangan
kepribadian seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama,
organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.Keempat dimensi
holistik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.Agama/spiritual, yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan
fitrah manusia yang menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual
needs), mengandung nilai-nilai moral, etika dan hukum. Atau dengan kata
lain seseorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika,
seseorang yang bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion
without moral, no moral without law).
b.Organo-biologik, mengandung arti fisik (tubuh/jasmani) termasuk
susunan syaraf pusat (otak), yang perkembangannya memerlukan makanan
yang bergizi, bebas dari penyakit, yang kejadiannya sejak dari
pembuahan, bayi dalam kandungan, kemudian lahir sebagai bayi, dan
setrusnya melalui tahapan anak (balita), remaja, dewasa dan usia lanjut .
c.Psiko-edukatif, adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah
dan ibu) termasuk pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi
dan identifikasi anak terhadap orang tuanya. Perkembangan kepribadian
anak melalui dimensi psiko-edukatif ini berhenti hingga usia 18 tahun.
d.Sosial-budaya, selain dimensi psiko-edukatif di atas kepribadian
seseorang juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan sosial
yang bersangkutan dibesarkan.